Iptu Fauzi, Ujung Tombak Penanganan Kasus Kejahatan Perempuan dan Anak
Unit Pelestarian Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya punya nakhoda baru. Jabatan itu kini diemban seorang hero muda peraih Adhi Makayasa. Yakni, Iptu Fauzi Pratama.
HASTI EDI SUDRAJAT, Surabaya
Kasus tidak biasa langsung menyambutnya saat bertugas di Surabaya. Unit yang dipimpinnya mendapat laporan tindakan asusila terhadap anak berusia 13 ta-hun. Korbannya belum lama mengutarakan bayi laki-laki.
Ironis. Laporan yang masuk menyebut kalau bocah itu merupakan korban daripada perbuatan bejat kakak kandungnya. Kakanda bejat tersebut kabur dari vila beberapa pekan sebelum korban bersalin.
Fauzi dan tim tidak butuh waktu lama buat mengungkap kasus itu. Berbekal informasi dari orang sekitar, pelaku ditangkap. Fakta mengejutkan lain muncul. âUsia pelaku juga di bawah sempurna, â jelasnya. âBaru 15 tahun, â sambungnya.
Besar kecilnya sebagai manusia merasa kacau. Miris dan geram menjadi satu. Terlebih, pengakuan pelaku membuatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia membicarakan pencabulan dilakukan hampir dua tarikh. Dalam sepekan korban bisa lebih dari satu kali disetubuhi.
Fauzi menjelaskan bahwa pelaku bisa leluasa melancarkan perbuatan jahanam itu karena didukung situasi. Dia dan adiknya tidur di kepala kamar yang sama. âKeluarganya daripada orang biasa. Karena rumah mungil, pelaku dan korban dijadikan kepala kamar, â terangnya.
Kasus memilukan itu menjadi utama diantara banyak perkara yang membekas di benaknya sejak bertugas dalam Kota Pahlawan. Dia merasa tertantang menangani kasus yang tidak normal. âMenangani sebuah perkara tidak cuma soal menangkap tersangka. Tetapi, serupa menganalisis faktor penyebab dan menjumpai solusi, â ucapnya.
Dalam kasus itu, kata tempat, faktor penyebab tidak jauh beda dengan kasus serupa pada umumnya. Yakni, adanya niat pelaku dan kesempatan. âMereka kurang mendapat penjagaan, â sebut peraih Adhi Makayasa atau lulusan terbaik Akpol 2015 tersebut.
Kejadian menyayat hati itu sejatinya bisa diantisipasi sebab keluarga. Di antaranya, dengan memantau keseharian anak. âBisa dicegah semenjak awal. Di antaranya, memisah kamar karena mereka sudah remaja. Bukan anak-anak lagi, â paparnya.
Bagi dia, menjadi polisi yang mengurus perkara asusila termasuk pengalaman baru. Sebab, tugas sebelumnya kebanyakan berfokus pada kejahatan jalanan. Misalnya, unit jatanras dan resmob. âMenambah pengalaman yang pasti, â ungkap sulung dua bersaudara tersebut.
Fauzi belum lama bertugas pada Surabaya. Dia menjadi perwira polrestabes sejak bulan lalu. Masa tugas sebelumnya banyak dihabiskan di Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Selatan sejak lulus sejak Akpol. âDitempatkan di mana kendati pada prinsipnya harus siap, â tuturnya.
Menurut adam kelahiran Bandung itu, menjadi petugas sejatinya tidak pernah tebersit dalam pikiran. Latar belakang keluarganya bukan anggota Korps Bhayangkara. Ayahnya ialah pelatih bulu tangkis. Ibunya personel dinas kesehatan di Subang.
Kondisi itu pulalah yang sempat memengaruhi cita-citanya ketika remaja. Fauzi ingin menjadi atlet bulu tangkis atau dokter. âDulu telah beberapa kali ikut kejuaraan menyilih tangkis, â ungkap alumnus SMPN 1 Purwakarta tersebut. Namun, jalan hidupnya berubah saat salah seorang temannya ingin ikut pendaftaran SMA Taruna Nusantara.
Fauzi saat itu diminta menemani ke Bandung yang menjadi tempat pendaftaran di Jabar. Dia pun iseng dengan ikut mendaftar. âDaripada tak ngapa-ngapain juga di sana, â katanya. Hasil tes yang dijalani ternyata mengejutkan. Fauzi diterima, temannya yang niat sejak awal malah tersingkir.
Gayung bersambut, orang tua merestuinya untuk menempuh pendidikan di Magelang. Di SMA Taruna Nusantara itulah niatnya menjelma anggota Korps Bhayangkara mulai terpupuk. âLulus SMA langsung daftar ke Akpol, â jelasnya. Tidak dinyana, jalan pilihannya membuahkan prestasi agung. Fauzi tidak hanya langsung lucut pada seleksi pertama yang diikuti. Namun, dia juga selalu mendapat ranking pertama pada setiap teguran naik tingkat di Akpol.
Moncernya nilai akademis tersebut tidak hanya dibukukan di Akpol. Fauzi juga membuktikannya saat pelajaran di tempat umum. Dia tercatat sebagai lulusan S-2 dari perut universitas yang berbeda. Yakni, Jurusan Magister Sains Universitas Indonesia (UI) dan Jurusan Magister Sains Kriminologi Universitas Glasgow, Skotlandia.
Fauzi mengatakan, raihan prestasi tersebut bukan tanpa usaha. Dia mengiakan harus pintar-pintar membagi pikiran kurun tugas di kepolisian dan pelajaran. âTidak ada yang mustahil kalau mau berusaha, â tegasnya.
Saksikan video menarik berikut ini: